Cerdas Finansial - Hari 1


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum sahabat ASA semua?

Maaf ya, sudah lama Bunda tidak menengok Blog ini lagi. 
Ada banyak aktifitas yang menyibukkan waktu Bunda akhir-akhir ini, jadi pas mau buka Blog lagi entah kenapa rasanya sudah kehabisan energi dan waktu istirahat. Hihihi

Jadi, dalam rangka melanjutkan tugas Bunda Sayang level ke 8 ini dengan tema “Cerdas Finansial”, kali ini Bunda Asa akan bercerita sedikit tetang pemahaman konsep Ceras Finansial kepada mba Syifa.

Kenapa hanya sedikit saja?

Sebab, di usia nya yang baru menginjak 4 tahun ini, mba Syifa belum mengerti sepenuhnya tentang konsep uang. Yang dia fahami hanyalah uang itu bisa dipakai untuk membeli Jajan dan Mainan.
Sudah itu saja.

Pengenalan nilai mata uang-pun mba Syifa hanya baru mengetahui nominal uang Dua ribu rupiah. Sebab, uang dua ribu rupiah ini yang sering dipakai untuk membeli jajan di warung tetangga.

Selebihnya, setiap dia meminta jajan di bakul yang lewat, mba Syifa pasti akan merengek untuk minta dibelikan jajan oleh Bunda atau Ayah nya.

Oke, untuk tantangan hari pertama ini, Bunda akan bercerita mengenai satu hari dimana mba Syifa memnita jajan ciki diwarung tetangga.

Entah kenapa akhir-akhir ini mba Syifa sering sekali meminta dibeikan jajan oleh Bunda. Dari satu ciki, lanjut ke coklat, lanjut ke permen. Yaa Allah, rasa-rasanya kok gak habis-habis dia minta  jajan. Padahal di rumah itu sudah makan nasi, dan minum jus.
Perkiraan saya sih mba Syifa saat meminta jajan karena dia melihat banyak anak-anak yang jajan di warung tetangga.

Sejak pagi, mba Syifa sudah rewel minta jajan. Saat itu Bunda tidak ijinkan.
Bunda berikan bebebrapa alasan kenapa Bunda melarang nya.
Salah satu nya adalah, jajan bukan kebutuhan pokok untuk mengenyangkan perut.
Bahkan tidak jarang, makan jajan sekali akan membuat keinginan makan jajan lagi bertambah. Sebab, rasanya yang enak (terlalu banyak MSG) membuat ketagihan.
Yang keddua, di dalam snak dan ciki terebut mengandung banyak bahan pewarna, pengawet dan pemanis buatan. Sangat berbahaya untuk tubuh jika kita terlalu banya mengkonsumsi nya.

Alhamdulillah saat dijelaskan seperti ini, mba Syifa sudah sedikit mengerti.
Setidak nya sampai siang hari menjelang, mba Syifa tidak meminta jajan lagi.

Kemudian, jeng jeng jeeeng...
Sekitar pukul 2 menjelang sore hari, tkang bakul jajan "Putu" pun lewat.
Nah, mba Syifa merengek meminta untuk dibelikan.
Sayatidak langsung mengiyakan, tapi sepertinya dia tetap teguh pendirian nya.
Ditambah lagi dia mengajukan pernyataan bahwa Putu itu kan bukan ciki atau snak, 

Oke, akhirnya Bunda pun setuju untuk memberinya uang lima ribu rupiah dan dibelikan nya jajanan tradisional Putu tersebut.

Pulang ke rumah, dia terlihat sumringah membawa sebungkus Putu yang masih panas.
Dibukanya perlahan, jumlah nya ada 7 buah dan pelan pelan kami makan bersama jajan tersebut.
Ada mba Syifa dan Dek Ammar yang lahap, sedangkan Bunda dan Ayah masing-masing memakan satu buah putu hangat.

Dek Ammar sedih karena gak dapet bungkusan, hihihi

5 Ribu rupiah dapat 7 buah putu


Alhamdulillah
Ada rasa kebahagiaan di dalam hati kami setelah memakan jajan tersebut, terutama di dalam hati saya.
Setidaknya Bunda bisa memberikan sedikit pemahaman bahwa membeli jajan itu boleh saja, hanya ada porsi nya serta pilih lah jajan yang sehat serta bergizi. Bukan snak atau ciki yang dijul di warung-warung.

Salam sayang,
Bunda ASA 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NISSIN WAFERS

Makan di Sekolah

MEDIA NGAJI SEMARANG (MNS)